Metamorfosis Hujan Juni karya Sapardi Djoko Damono, puisi untuk layar lebar

TEMPO.CO, Metamorfosis Hujan Juni karya Sapardi Djoko Damono, puisi untuk layar lebar  Jakarta – Juni Rain yang bermetamorfosis dalam berbagai bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film, memberikan hikmah kepada banyak orang melalui berbagai bentuk.

Lagu Hujan Juni merupakan lagu karya Sapardi Djoko Damono, lahir pada 20 Maret 1940 dan meninggal pada 19 Juli 2020 dalam usia 80 tahun. Puisi tersebut diterbitkan dalam antologi berjudul sama pada tahun 1994.

Metamorfosis Hujan Juni karya Sapardi Djoko Damono, puisi untuk layar lebar  Hujan bulan Juni ini mempunyai makna yang dalam melalui kata-kata di setiap baitnya yang dirangkai sederhana, tidak terlalu banyak puisi, simbol alam dan kebebasan untuk tidak menjadi diri sendiri atau berpakaian orang lain benar-benar menjadi keistimewaan Sapardi. Hujan di bulan Juni

Tidak ada yang sulit

Hujan bulan Juni

Dia menyembunyikan keinginannya

Dan ini bunga

Tidak ada yang tahu lebih baik

Hujan bulan Juni

Sidik jarinya telah terhapus

Mereka yang ragu-ragu dengan cara ini

tidak ada yang tahu

Hujan bulan Juni

Dia tidak mengatakannya

Diserap oleh akar bunga

Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, alih-alih cinta, lagu hujan di bulan Juni, menurut Winarti dari kursus bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Sumut, memiliki makna ketuhanan. Winarti mengatakan, hujan di bulan Juni ini tergolong ekstrem dibandingkan biasanya. Perilaku ini kuat, tapi pemalu, yang menyimpan rahasia besar. “Selain sabar dan bijaksana, hujan bulan Juni juga tampak hikmah. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tabah, bijaksana, dan bijaksana seperti hujan,” jelasnya.

“Dari segi hikmah, ia harus ikhlas dalam keinginannya untuk kembali kepada Tuhan dan alam, keikhlasan adalah keputusan akhir hikmah untuk menjaga perasaannya.”

Karena Sapardi tidak mengubur makna puisinya. Ia benar-benar mengatakan bahwa makna dan pesan dari lagu June Rain patut dicari oleh para pembaca. Menurutnya, puisi yang baik memerlukan banyak penafsiran. Kejujurannya dan penyingkapan makna dalam setiap karyanya membuahkan apresiasi yang besar terhadap karya-karya Sapardi lainnya. Meski terlahir berkali-kali dalam wujud berbeda, June Rain tetap memikat hati banyak orang. Terakhir setelah diterjemahkan ke dalam novel pada tahun 2015, Rain in June menjadi film arahan sutradara Hestu Saputra yang berkolaborasi dengan Velove Vexia dan Adipati Dolken sebagai bintang utamanya dirilis pada 2 November 2017.

Film ini bercerita tentang hubungan Pingkan (Velove Vexia) dan Sarwono (Adipati Dolken) yang mulai dipertanyakan karena perbedaan besar. Bukan karena Pingkan dan Sarwono tidak memahaminya, namun mereka sudah bertahun-tahun hidup nyaman di rumah jelek bernama cinta. Film tersebut mendapat pengumuman di Festival Film Indonesia atau FFI 2018.